12 Prasasti Kerajaan Pangjalu Yang Berisi Pembebasan Pajak Kepada Rakyatnya

Alukta Oky -- Di dalam sejarah masa lampau di kenal adanya Kerajaan Mataram, yang berpusat di pulau jawa. Seiring berjalannya waktu, kerajaan ini memiliki seorang raja yang bernama Airlangga, pada masa pemerintahan Raja Airlangga kerajaan Mataram terbagi menjadi dua, yang di sebabkan oleh adanya masalah-masalah dalam pergantian kekuasaan. Akhirnya setelah pembagian kerajaan Mataram, muncullah kerajaan baru yaitu kerajaan Pangjalu dan kerajaan Janggala, dan disini saya akan membahas tentang sejarah kerajaan Pangjalu. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993:265).

Adapun sumber sejarah berupa prasasti-prasasti yang dikeluarkan oleh Raja kerajaan Pangjalu yaitu:

Prasasti padlegan (1038 Saka)

Prasasti ini di keluarkan oleh Raja Rangkai Sirikan Sri Bameswara – Sakalabhuwanatustikarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa, yang berisi tentang kegiatan memperingati anugerah raja Bameswara kepada penduduk desa Padlegan sewilayanya termasuk daerah kalang, kalagyan dan kabanyagan, berupa penetapan daerah itu sebagai sima swastantra. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993:266).

photo by: @istagram
Prasasti Panumbangan (1042 Saka)

Prasasti ini di keluarkan oleh Raja Rangkai Sirikan Sri Bameswara – Sakalabhuwanatustikarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa, yang berisi tentang keterangan penduduk daerah Panumbangan (plumbangan) dengan lima desa yang masuk dalam wilayanya, yang menghadap raja dan memberitahukan bahwa mereka perna di beeri anugerah prasasti di atas daun lontar yang menetapkan daerahnya menjadi sima swatanta oleh raja yang dicandika di Gajapada, Dan merekah ingin prasasti itu di pindahkan ke atas batu. Oleh karena itu raja Bameswara pu mengkabulkan permohona dan memberi tambahan anugra berupa hak-hak istimewa kepada mereka, terutama kabayan (pejabat wilaya). (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993:267).
photo by: @istagram

Sebenarnya masih ada 4 prasasti lagi yang di keluarkan oleh raja Rangkai Sirikan Sri Bameswara – Sakalabhuwanatustikarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa, tapi sayangnya baru dua prasasti yang berhasil di terbitkan. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993:266).


Prasasti Hantang (1057 Saka)

Prasasti ini di keluarkan oleh raja Sri Maharaja Sri Warmmeswara Madhulsudanawataranindita Suhrsingha Paragrama Digjayottunggadewanama Jayabhayalanchana, yang berisi tentang tulisan dengan huruf kwadrat yang besar melintang di tengah Cap kerajaan berupa Narasingha yang berbunyi Pangjalu jayati (=pangjalu menang). Prasasti ini memperingati pemberian anugerah raja Jayabhaya kepada desa Hantang dengan 12 desa yang masuk dalam wilayanya berupa prasasti batu yang memuat pemberian Hak-hak istimewa kepada penduduk desa Hantang sewilayanya. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993:267).
photo by: @istagram


Prasasti Talan (1058 Saka)

Prasasti ini di keluarkan oleh raja Sri Maharaja Sri Warmmeswara Madhulsudanawataranindita Suhrsingha Paragrama Digjayottunggadewanama Jayabhayalanchana, yang memuat keterangan bahwa penduduk desa Talan yang termasuk wilaya Panumbangan(thani watek panumbangan) menghadap raja dan memperlihatkan prasasti di atas daun lontar dengan cap kerajaan Garudamukha yang telah mereka terima dari Bhatara Guru pada tahun 961 Saka atau 1040  M. Prasasti itu menetapkan desa Talan sewilayanya sebagai sima yang bebas dari kewajiban membayar berbagai macam pajak. Mereka mohon agar prasasti itu di pindahkan ke atas batu. Dan ditambahi anugerah raja Jayabhaya. Dan akhirnya raja memindahkan prasasti tersebut ke atas batu dengan cap kerajaan Narasingha. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993:269).
photo by: @istagram


Prasasti Desa Jepun (1066 Saka)

Prasasti ini di keluarkan oleh raja Sri Maharaja Sri Warmmeswara Madhulsudanawataranindita Suhrsingha Paragrama Digjayottunggadewanama Jayabhayalanchana, tapi sayang sekali kedua prasasti di atas hinggap kini belum di terbitkan.  (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993:267).
photo by: @istagram


Prasasti Padlegan II (1081 Saka) dan Prasasti Kahyunan (1082 Saka)

Prasati ini di keluarkan oleh raja Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Sarwaweswara Janarddhanawatara Wijayagrajasama Singhanadaniwaryyawiryya Parakrama Digjayotunggadewanama,tapi sayang sekali kedua prasasti di atas hinggap kini belum di terbitkan. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993:270).

Prasasti Desa Waleri (1091 Saka) dan Prasasti Angin (1093 Saka)

Prasasti ini dikeluarkan oleh Raja Sri Maharaja Rakai Hino Sri Aryyeswara Madhusudanawatararijaya Mukha. . . . . Sakalabhuwana Niwaryya Parakromatunggadewanama, tapi sayang sekali kedua prasasti ini hinggap sekarang belum ada yang di terbitkan. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993:270).

Prasasti Jaring (1103 Saka)

Prasasti ini dikeluarkan oleh raja Sri Maharaja Sri Kroncaryyadipa Handaphuwanapalaka Parakramanindita Digjayotunggadewanama Sri Gandra, yang memuat keterangan tentang penduduk desa Jaring sewilayanya tua dan mudah yang telah menghadap raja dengan perantara senapati sarwajaya (= panglima angkatan laut) Sang Apanji A[ . . . . . ] teken, memberitahukan bahwa mereka telah memperoleh anugerah dari raja yang terdahulu (sang atita prabhu), tetapi ternyata sampai saat ini belum mereka nikmati, dan mereka ingin kalau prasasti itu di pindahkan ke atas batu. Akhirnya raja mengkabulkan permintaan tersebut dan memindahkan prasasti itu ke atas batu, yang memuat ketentuan-ketentuan pembebasan desa Jaring membayar berbagai macam pajak dan menambahkan anugrah dari Raja Kroncaryyadipa. . (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993:271).

Prasasti Semanding (1104 Saka) dan Prasasti Ceker (1107 Saka)

Prasasti ini dikeluarkan oleh raja Sri Maharaja Sri Kameswara Triwikramawatara Aniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewanama, tapi sayang hanya prasasti Ceker yang sudah di terbitkan, itupun tidak dapat dibaca dengan seluruhnnya karena keadaan batu prasastinya yang telah aus. Hanya yang bisa terbaca berisi tentang keterangan bahwa rakyat desa cekersewilayanya telah menghadap raja, dan memberitahukan bahwa merekah telah memperoleh anugerah dari raja yang memerintah sebelumnya , dan mohon kepada raja agar anugerah itu di kukuhkan dengan prasasti di atas batu. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993:272).

Raja Daha yang terakhir ialah Srengga atau Krtajaya, dengan gelar lengkapnya Sri Maharaja Sri Sarwweswara Triwikramawataranindita Srenggalanchana Digjayotunggadewanama. Ada 6 prasasti dari raja ini yang sampai kepada kita tapi sayang sekali dari ke-6 prasasti tersebut tidak satupun yang berhasil di baca keseluruhannya karena batunya yang usang.  (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993:272).

Mungkin ini saja informasi tentang Sumber Sejarah Dan prasasti-prasasti yang dikeluarkan oleh raja kerajaan Pangjalu, semoga artikel ini bermamfaat!!!


Referensi:

Poesponegoro, Marwati Djoened dan Notosusanto, Nugroho. 1993. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.



0 Response to "12 Prasasti Kerajaan Pangjalu Yang Berisi Pembebasan Pajak Kepada Rakyatnya "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel