3 Sumber Sumber Utama Mengenai Pusat Kerajaan Galuh Kuna, Di Sunda

gambaran daerah kekuasaan Galuh/pajajaran (sumber photo: sejarah nusantara)

Alukta Oky -- Perpindahan kerajaan dari satu tempat ke tempat lain, bukanlah hal yang asing di dalam perjalanan sejarah Indonesian. Perpindahan pusat Kerajaan dari Jawa Tengah ke Jawa timur, untuk kemudian kembali lagi ke Jawa Tengah, sudah sama-sama kita ketahui. Bahkan pada masa pemerintahan Raja Airlangga saja, beberapa kali pusat kerajaan berpindah-pindah. Pemindahan pusat-pusat kerajaan itu, disebabkan oleh berbagai macam alasan. Kadang-kadang karena alasan ekonomi, keamanan politik dan lain-lain. tidak pula mustahil, perpindahan itu di sebabkan karena adanya bencana alam, sebagaimana yang jadi dugaan umum jaman sekarang, mengenai terjadinnya perpindahan pusat pemerintahan dari jawa tengah ke jawa timur sebelum abad X masehi lalu. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 355).
Di Jawa Barat hal juga sama terjadi. Sepanjang naska-naska kuno yang ditemukan di Jawa Barat dan berbahasa sunda kuna dapat dipercaya, di daerah ini pun telah terjadi beberapa kali perpindahan pusat kerajaan. Terjadinya perpindahan pusat kerajaan tersebut, menyebabkan kita harus mempertimbangkan kembali adanya beberapa buah kerajaan Tarumanegara menjelang akhir abad VII masehi, sedangkan nama-nama yang sekarang dianggap sebagai nama kerajaan, adalah nama ibukota atau pusat kerajaan. Jika dugaan ini benar, maka keruntuhan pada tahun 1579, kerajaan Sunda telah beberapa kali berpindah pusat kerajaan, di mulai dari Galuh dan berakhir di Pakwan Panjajaran. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 355).

Sumber sejarah pertama yang dapat kita gunakan tentunya adalah prasasti. Jumlah prasasti yang telah di temukan di jawa barat tidak banyak lebih-lebih yang menyebut nama kerajaan dengan jelas. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 355).

Adapun sumber-sumber sejarah tentang kerajaan Galuh di Sundah yaitu:

Berita Dari Portugis (1513-1522)

Berita Portugis yang berasal dari Tome Piras (1513) menyebut kerajaan yang berkuasa di Jawa Barat dan mengadakan hubungan dagang dengan Portugis . . . . . regno de cumda . . . . ., yang berarti kerajaan Sunda. Demikian pula berita Antonio Pigafetta (1522) yag memberitakan Sunda sebagai suatu daerah yang banyak menghasilkan Lada. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 356).

Prasasti Rakryan Juru Pangambat (932)

Prasasti yang tertua yang menyebut nama Sunda adalah Prasasti Rakryan Juru Pangambat, yang ditemukan di desa Kebon Kopi, Bogor. Prasasti yang berbahasa Melayu Kuna ini menyebut . . . .ba [r] pulihkan haja sunda . . . . bagian kalimat ini dapat di terjemahkan:  “memuliahkan raja Sunda”. Jika tafsiran itu benar, maka hal itu dapat berarti bahwa sebelumnya telah ada “raja Sunda”. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 356).

Kesusastraan Dan Naska Siksa Kanda ng Karesian (1518)

Sumber kesusastraan yang sampai kepada kita lebih tegas lagi menyebut Sunda jika mengacu ke daerah yang sekarang di sebut Jawa Barat. Cerita Parahiyangan (akhir Abad XVI) menyebut Sunda sebagai nama kawasan. Demikian pula Naska Siksa Kanda ng Karesian yang berangka tahun 1440 saka (1518 masehi). dan dari berita dari cina pada dinasti Ming (1368-1634) juga menyebutkan adanya kata …..sun-la……. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 356).

Dari bukti-bukti tersebut dapat disimpulkan bahwa daerah Jawa Barat sebenarnya umumnya dikenal dengan nama Sunda. Sedang nama-nama lain yang berhubungan juga dengan daerah ini adalah nama pusat kerajaan atau ibukota. Misalnya Galuh yang berkali-kali disebut dalam cerita Parahiyangan. Nama ini yang sangat di kenal adalah Pajajaran. Nama ini dalam prasasti di sebut …pakwa pajajaran… dan pajajaran. Kedua sebutan mengisyaratkan nama suatu tempat berdasarkan konteks kalimatnya, demikian pula penyebutannya dalam hubungan kalimat lebih mengesankan nama kerajaan. Seperti seperti sudah disebut di muka nama Galuh, pakwan Pajajaran, atau Pajajaran kemungkinan besar adalah nama pusat kerajaan yang telah mengalami perpindahan beberapa kali. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 357).

Suatu hal yang menarik adalah uraian mengenai awal kerajaan Sunda yang disajikan oleh Cerita Parahiyangan. nama itu adalah Sanjaya yang juga disebut dalam prasasti cangggal (732 M.), yang berasal dari halaman percandian Gunung Wukir, Kecamatan Salam (Mangelang). Dalam prasasti ini Sanjaya dikatakan telah mengantikan raja sebelumnya yang bernama Sanna. Ia mempunyai hubungan darah dengan Sanna. Ia adalah anak Sannaha, saudara perempuan Sanna. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 357).

Poerbatjaraka beranggapan bahwa Kitab Carita Parahyangan masih cukup berbobot sebagai sumber sejarah. Cerita Parahyangan menghubungkan tokoh Sanjaya ini dengan pusat kerajaan Galuh, karena disitu di katakana bahwa Sena berkuasa di Galuh. Pada suatu ketika, terjadi rebutan  kekuasaan yang dilakukan oleh Rahyang Purbasora, saudara seibu Raja Sena. Sena di buang ke Gunung Berapi bersama kelluarganya, dan setelah Dewasa Sanjaya kemudian mencari perlindungan kepada saudara tua ayahnya yang berdiam di Denuh. Cerita Parahyangan juga memberikaan, bahwa akhirnya Sanjaya berhasil mengalahkan Rahyang Purbasora, sehinggap dapat mengangkat dirinya sebagai Raja. Mengingat bahwa daerah-daerah yang di sebutkan dalam Cerita Parahyangan pada umumnya terletak di daerah Jawa Barat bagian timur, maka besar sekali kemungkinan bahwa Gunung Merapi yang di maksud dalm naska itu, bukanlah Gunung Merapi yang terletak si Jawa Tengah, tetapi sebuah Bukit bernama Marapi yang terletak di daerah Kuningan, Jawa Barat. Oleh karena itu pula, barangkali dapat dia ajukan keberatan atas usaha yang perna dialkukan untuk “memindahkan” panggung peristiwa masa itu ke daerah Jawa Tengah seluruhnya. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 358).

Pada waktu itu, di Jawa Barat terdapat beberapa buah kerajaan yang kecil-kecil. Selain itu, pusat kerajaan Galuh yang di perintah oleh Raja Sena sebelum di kalahkan oleh Rahyang Purbasora, masih ada kerajaan-kerajaan lain. kerajaan kuningan di perintah oleh Sang Sowokarma, dan rupanya cukup di segani oleh Sanjaya, yaitu kerajaan Sunda. Kerajaan sunda ini dikatakan letaknya Citarum,  dan masih dari cerita Parahyangankita ketahui, bahwa Sanjaya adalah menantu raja Sunda yang bergelar Tohaan (yang dipertuan) di Sunda, tarusbawa. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 358).

Mungkin ini saja pembahasan mengenai Sumber Sejarah Mengenai Letak/Pusat Kerajaan Galuh, Di Sunda, semoga Artike ini bermafaat!!!



Referensi:

Poesponegoro, Marwati Djoened dan Notosusanto, Nugroho. 1993. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.


0 Response to "3 Sumber Sumber Utama Mengenai Pusat Kerajaan Galuh Kuna, Di Sunda"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel