Agama Dan Budaya Yang Berkembang Di Kerajaan Galuh, Beserta Perluasan Wilaya Oleh Raja Sanjaya.

peninggalan kerajaan Galuh (sumber photo: youtube.com)

Alukta Oky -- Berdasarkan berita-berita yang sampai kepada kita, baik berupa prasasti, sastra-sastra kuna, cerita, ataupun berita yag berasal dari luar negeri, dapat diduga bahwa pada masa kerajaan Galuh ada dua agama yang di anut oleh raja kerajaan ini.  Pada jaman pemerintahan Raja Sanjaya, agama yang di anut adalah agama Hindu dari Madzab Siwa. Hal ini di dapatkan dari prasasti Canggal, yang memuja dewa Siwa lebih banyak di bandingkan dengan pemujaan kepada kedua dewa besar lainnya. Tentang sifat keagamaan ini, juga tidak bertentangan dengan cerita Parahyangan, yang menyebutkan bahwa pemujaan yang umum di lakukan oleh Raja Galuh ialah sawabaktiring batara upati. Upati tentulah rusakan dari kata sangsekerta utpati atau utpata, yaitu nama lain untuk Yama, dewa pencabut nyawa. Menurut cerita dari bali, Yama itu mempunyai sifat-sifat yang  sama, baik dengan siwa maupun dengan kala, dan cerita pemujaan terhadap para dewa itupun tidak pula berbeda. Di dalam tradisi sastra jawa dan sunda, utpati ini kini kadang-kadang berubah Utipati, Otipati, dan Utpati. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 358).

Rupanya, pada masa itu sudah muncul adanya tanda-tanda makin berkembangnya pengaruh agama Buddha, yang sebagaimana kita ketahui, memang kemudian menjadi agama resmi Raja-raja Mataram yang mendirikan Borobudur. Tentang ini pun, cerita Parahyangan sudah memberikan petunjuknya, mmelalui nasehat yang di berika oleh Sanjaya kepada Rahyang Tamperan, anaknya: … haywa dek nurutan agama aing, kena aing mretakutna urang reya ….., janganlah mengikuti agamaku karena dengan itu aku di takuti orang banyak. Di dalam cerita Parahyangan di sebutkan bahwa Sanjaya pergi berperang ke daerah-daerah lain, agar daerah-daerah itu mau mengakui dan tunduk kepadanya. Daerah atau raja kecil yang diberitakan berhasil di kalahkan oleh Sanjaya ialah sbb:
1. Mananggul
2. Kahuripan
3. Kadul
4. Balitar
5. Malayu
6. Kemir
7. Keling
8. Barus, dan
9. Cina.
Sehabis memerangi daerah-daerah itu, sanjaya kembali lagi ke Galuh, pusat kerajaan Sunda pada masa pemerintahanya. Tentu saja tidak semua yang di sebutkan itu benar-benar di perangi dan ditundukkan oleh Sanjaya, tetapi hal itu, walaupun bagaimana itu merupakan petunjuk bahwa Sajaya telah berusaha memperluas daerah kekuasaannya. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 359).
Tetapi pada waktu yang bersamaan, di Saunggalah memerintahkan Sang Sowokarma, masi saudara misan Sanjaya. Rupanya Sang Sowokarma lebih berhasil menguasai daerah-daerah yang berjauhan, termasuk daerah-daerah yag di beritakan telah di kalahkan oleh Sanjaya sendiri. Cerita parahyangan misalnya memberikan, daerah-daerah yang mengakui kekuasaan Sang Sowokarma itu antara lain: Keling, Pontang, Kahuripan, Wiru, Jawa, Balitar, Tuntang Sunda, Melayu, Kemir, Berawan, Cimaraupatah, dan Cina. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 359).

Tentu saja hal itu tidak memuaskan sanjaya sehinggap ia mengirimkan utusan ke Saunggalah. Rupanya Raja Sanjaya mau juga sehinggap sengketan antara mereka itu tidalah sampai mengakibatkan terjadinya pertikaian di antara mereka berdua. Merekamembagi wilaya yang ada di bawahkekuasaan mereka masing-masing. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 359).

Mungkin ini saja pembahasan mengenai Agama Dan Budaya Yang Berkembang Di Kerajaan Galuh, Besertah Perluasan Wilaya Oleh Raja Sanjaya, semoga artikel ini bermamfaat!!!




Referensi:

Poesponegoro, Marwati Djoened dan Notosusanto, Nugroho. 1993. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.

0 Response to "Agama Dan Budaya Yang Berkembang Di Kerajaan Galuh, Beserta Perluasan Wilaya Oleh Raja Sanjaya."

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel