Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Pada Masa Kerajan Tarumanegara


Peniggalan Kerajaan Tarumanegara (Sumber: Asdita)

Alukta Oky -- Segi yang sangat penting di dalam kehidupan suatu masyarakat, adalah mata pencarian masyarakat itu. Hal ini tidak hanya berarti mengenai apa apa yang mereka makan saja, tetapi juga bagaimna mereka memperoleh makanan mereka. Berdasarkan bukti-bukti dan sumber-sumber yang terdapat sampai saat ini, dapatlah di duga bagaimana kira-kira mata pencarian penduduk zaman Tarumanegara. Kalau dugaan tentang barang-barang daganga yang berasal dari ho-ling dapat di terima, maka kita memperoleh gambaran bahwa pada masa itu perburuan, pertambangan, perikanan, di samping pertanian, pelayaran, dan peternakan.

Berita tentang peerburuan kita peroleh  dari berita tentang adanya cula badak dan gading gajah dan binatang liar, dan untuk mendapatkan cula dan gadingnya,terlebih dahulu harus di lakukan  perburuan. Perikanan barangkali dapat di simpulkan dari berita yang mengatakan bahwa kulit penyu juga termasuk barang dagangan yang banyak di gemari saudagar-saudagar cina. Kemungkinan akan adanya pertambangan, kita peroleh dari berita tentang di perdagangkannya mas dan perak yang di sebutkan sebagai salah satu hasil daerah itu. Dan karena semua itu disebutkan sebagai barang dagangan, maka dengan sendirinya tidak usah di sangsikan lagi, bahwa perniagaan dengan demikian juga merupkan salah satu mata-pencarian penduduk. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

Sementara itu, kemunngkinan tentang adanya pertanian dan peternakann sebagai mata pencarian dan peternakan sebagai mata-pencarian, dapat kita peroleh berdasarkan sumber-sumber prasasti, terutama prasasti tugu yang terlengkap dari semuah itu. pada prasasti ini disebutkan usaha pembuatan saluran yang di lakukann pada tahun keduapuludua tahun pemerinntahan Raja Purnawarman, dan di antara keguntuk mengatasi banjir yang selalu melanda daerah pertanian di sekitar itu. Di samping  itu, juga ditemukan beberapa alat terbuat dari batu yang erat sekali hubunganya dengan usaha pertanian dan perladangan. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

Tentang usaha peternakan, memang sedemikian jauh buktinya yang meyakinkan belum kita miliki. Berita prasasti tugu tentang penghadiaan seribu ekor sapi kepada para brahmana, belum memberikan jaminan bahwa pada masa itu memang sudah ada usaha peternakan yang memungkinkan hal itu terlaksana. Disamping itu, tidak mustahil upacara selamatan dengan penghadiaan seribu ekor  sapi. itu, hanyalah merupakan nama salah satu upacara keagamaan dengan tatacara tertentu, Walau tentu saja tidak dapat di sangsikan, bahwa upacara seperti itu di anggap sebagai upcara yang bernilaib tinggi di bandingkan dengan upacara-yupacara selamatan lainya. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

Mengenai pelayaran, barangkali ini tidak usah disangsikan lagi, karena walaupun bagaimanapun, keadaan lingkungan kerajaan Tarumanegara, bukannya tidak memberikan kemugkinan akan adanya keterampilan penduduk di bidang ini. Di samping itu, juga tidak mustahil, bahwa para pedagang Tarumanegara sendiri juga sudah melakukan usaha perniagaan dengan melakukan pelayaran sendiri ke daerah-daerah luar wilayanya. Hal ini di kemungkinan juga karena letak Tarumanegara yang cukkup strategus, di jalan Niaga Nusantara. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

Sayang sekali dari semua itu, hampir tidak dapat kita ketahui bagaimana teknologi yang bertalian dengan mata pencarian itu. Bukti-bukti tidak ada, sehinggap tidak memugkinkan kita membicarakannya. Dari berita Cina dapat di ketahui, bahwa orang-orang Ho-ling mempunyai kepandaian membuat minuman keras dari mayang (bunga kelapa), sehinggap dapat di pastikan bahwa tuak sudah dikenal pada masa itu. Tetapi  sayang sekali, tidak dapat diketahui kapan tuak itu di minum;sebagai miuman harian, ataukah pada waktu tertentu saja. mengenai makanan utama pada waktu itu adalah beras, walaupun juga tidak dapat di ketahui, dalam bentuk apa beras itu di makan. Jika berita cina benar, bahwa orang Ho-ling makan tidak menggunakan sumpit atau sendok, besar sekali kemungkinan yang di makan berupa nasi. Disamping padi, Pastilah pula dimakanjenis-jenis buah-buahan dan tanaman yang lain, serta daging hewan. Hanya juga tidak dapat di pastikan Hewan apa yang paling di gemari dagingnya pada masa itu. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).


Tidak dapat disangsikan lagi, bahwa perhubungan yang paling tuah umurnya di lakukan melalui Darat atau Laut. Dalam masyarakat yang lebih sederhana, perhubungan lebih jarang di lakukan, hanya pada saat-saat tertentu saja.  Dengan berkembangnya budaya, bertambah pula keinginan untuk mengadakan perhubungan dengan masyarakat luar. kalau melihat keadaan Geografis Tarumanegara barangkali pendapat seperti itu dapat dipertanggungjawabkan, Dengan adanya hubungan Niaga dengan luar negara seperti diberitakan oleh berita cina, jelaslah bahwa hubungan melalui air memang merupakan salah satu bukti tentang ini. Mengenai hubugan di darat, dapat di perkirakan dengan adanya data bahwa lembu merupaka hewa piaraan. Rupanya, selain untuk hadiah kepada kaum brahmana dan pertanian, hewan ini juga di pergunakan untuk melakukan hubungan dalam negeri, dari satu tempat ke tempat lain, yang tidak teralu berjauhan letaknya. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

Semuah yang sudah di bicarakan bertalian dengan landasan ekonomi di atas, terjalin dalam kehidupan masyarakat yang menyebabkan semuanya itu menjadi efektif. Jalinan itulah yang di sebut organisasi sosial, yang merupakan pusat dari segalah kegiatan manusia yang hidup di dalamnya, baik untuk meninggalakan derajat hidupnya, maupun untuk mengabadikan dirinya. Berdasarkan sumber-sumber yang sangat tidak lengkap itu, dapat di perkirakan golongan-golongan masyarakat yang ada pada masa itu, ialah kaum tani, pemburuh, pedagang, pelaut, penangkap ikan dan peternak. walaupun demikian tidak dapat di pastikan bagaiman pembagian kerja itu di lakukan. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

artikel ini telah terbit di bukuh sejarah nasional indonesia/edisi ke-4 (1984). pada halaman 45.

0 Response to "Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Pada Masa Kerajan Tarumanegara"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel