Agama Dan Budaya Yang Berkembang Pada Masa Kerajaan Tarumanegara


Bukti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara (Sumber: Indo Nusantara)

Alukta Oky -- Ditinjau dari segi Budaya, kerajaan Tarumanegara memiliki 2 golongan budaya  dalam masyarakat yaitu golongan masyarakat yang berbudaya hindu, dan golongan masyarakat yang berbudaya asli. Mengingat bahwa pada waktu tersebut pengaruh india boleh di katakan ada pada tara pertama penyebarannya, dapatlah di dikatakan, bahwa golongan yang pertama itu terbatas pada lingkungan kraton saja, sedangka golongan yang kedua meliputi bagian terbesar penduduk tarumanegara. Tetapi, dalam kehidupan sehari-har, kedua golongan itu tidaklah saling terpisah, malahan dalam beberapa hal mereka bisa bekerjasama.

Menurut bukti-bukti yang ada, kita hanya mengetahui adanya huruf pallawa dan bahasa sangsekerta pada masa itu. Untunglah berita cina sedikit - banyak memberikan pertoongan. mereka menyebut adanya suatu bangsa dengan nama K'un-lun, yang di pergunakan baik di jawa maupun di sumatra. Jadi, K'un-lun adalah nama umum yang di berikan orang cina, untuk menyebut bahasa yang di pergunakan di berbagai tempat di indonesia, yaitu suatu bahsa indonesia yang tercampur dengan kata-kata sangsekerta. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

Dari berita Fa-hsien jelas, bahwa pada awal abad V M, di taruma terdapat tiga macam agama yaitu: agma hindu, agama Buddha, dan agama asli. Agama hindu paling banyak di ketahuai, karena di perkuat pula oleh bukti-bukti prasasti dan arca. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

menurut prasasti tugu, ayah Purnawwarman berkedudukan sebagai "rajadhiraja guru" dan telah menggali terusan  candrabhaga, sedangkan purnawarman sendiri menggali terusan Gomati. Hadiah yang di berikan oleh Purnawarman berupa seribuh ekor sapi, menunjukkan adanya hubungan erat dengan kepercayaan veda. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

Prasasti Ciaruton juga menunjukan hal-hal yang dekat dengan kepercayaan Veda, karena selai menyamakan kedua kaki purnawarman dengan kaki wisnu, telapak kaki itu di lukiskan pula, bahkan kata vikrama yang terdapat pada baris I, berarti menyerang. Rupanya sengaja di hubungkan dengan kitab veda, dan bukan dengan trivikrama yang di jalankan oleh Vanama( awatara Wisnu) dalam usahanya untuk membinasakan bali, menurut purana. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

Pada prasasti jambu, Purnawarman di samakan dengan indra yang selain di kenal sebagai dewa perang, memiliki pula sifat-sifat sebagai dewa matahari. dari semua berita itu jelas, bahwa kepercayaan di daerah barat pada jaman Tarumanegara, sangat erat hubungannya dengan kepercayaan veda. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

pada prasasti pasir kolengkak (jambu) disebutkan, bahwa perlengkapan perang Purnawarman berbentuk harnas yang tersembunyi dalam namanya sendiri, karena dalam bahasa sangsekerta "purrna" berarti sempurna, sedangkan varmman berarti harsas, baju zirah. Menurut cerita dewa  indra, dewa yang mengenakan baju zirah yang sempurna hanyalah surya, yang di puja-puja terutama oleh bangsa Saka dan Kusana. Disana dewa matahari itu di sebut Mithra atau Mithara. Setelah mereka memasuki india Utara dan barat, terutama di Madhura, dewa Mithra srebagai dewa matahari di sesuaikan dengan dewa-dewa india seperti siwa, Skanda, Aditya dan sebagainya. Oleh karena itu penganut dewa Mithra - Surya, terutama bangsa saka yang gemar berperang, kepada surya di berikaan pula sifat-sifat sebagai dewa perang, sehinggap di beri gelar Ajit dan kavasa. Akhirnya ia di anggap sebagai pelindung seehinggap oleh bangsa saka di anggap sebagai dewa besar. Sebagai ppelindung, dewa Mithra - Surya disebut sebagai Jagatpati (=Raja Dunia) dan Gopadi (=Raja Lembut). Dibandingkan sebutan Purnawarman, nampaklah adanya persamaan antara sifat-sifat raja ini dengan Mithra - Surya. Didalam prasasti Ciaruton disebutkan, bahwa Purnawarman itu vikranta (=menyerang atau gagah berani), dan hal ini adalah merupakan sifat khusus dewa Mithra - Surya. pada prasasti yang sama di jumpai istilah avanipateh, yang artinya sama dengan jagatpati. Dari semuanya itu dapat di simpulkan, bahwa agama yang di anutoleh Purnawarman, kecuali memperlihatkan anasir kepercayaan veda, juga memperlihatkan anasirpemujaan kepada dewa Mithra - Surya. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

Apa yang kita ketahui tentang agama Buddha di Tarumanegara, sama sekali terbatas pada berita Fa-hsien, yang mengatakan bahwa pada waktu itu di sana hanya sedikit saja di temukan orang-orang yang beragama Buddha seperti Fa-hsien. Yag cukup menarik untuk di ungkapkan, ialah berita Fa-hsien tentang agama asli yang menjadi banyak pertentangan di antara para sarjana. Ada yang berpendapat, bahwa agama asli ialah agama siwa pasupati, berdasarkan berita yang berasal dari seorang cina bernama Huen-tsang (abad VII M), yang mengatakan adanya kaum brahmana dan pemeluk agama palsu. Karena yang di maksud oleh Huen-tsang di india adalah agama siwa Passupati, bahwa agama itu pulalah yang tersebar di tarumanegara. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

Sementara itu, ada pula pendapat yang menghubungkan agama asli itu dengan agama orang parsi (=Majusi), yang mengenal upacara penanaman mayat denga menempatkannya demikian saja di dalam hutan. Dengan ditujang pendapatnya bahwa ye-po-ti sebagaimana diberitakan oleh Fa-hsien itu sebenarnya tidak terletak di jawa, tetapi di Kamboja, akhirnya pendapat ini sampai pada kesimpulan di atas. Barangkali akan lebih dapat di terima, jika agama itu di tafsirkan sebagai agama yang sudah ada lama ada sebelum masuknya pegaruh india ke indonesia. dan berdasarkan dugaan semetara dapat di ketahui, bahwa tradisi prasejarah di daerah tersebut yang diperkirakan menjadi pusat kerajaan Tarumanegara, masih berlangsungb sampai menjelang abad ke X M. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

artikel ini telah terbit di buku sejarah nasional indonesia/edisi ke-4 (1984). pada halaman 48.



0 Response to "Agama Dan Budaya Yang Berkembang Pada Masa Kerajaan Tarumanegara"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel