Pengertian Maya Dalam Agama Hindu

ALUKTAOKY -- Istilah Maya digunakan dalam Rig-Veda untuk mengacu kepada jenis kekuatan adi-kodrati. Disebutkan dalam Veda, bahwa Indra, melalui kekuatan maya mengambil berbagai wujud. Dalam Upanisad, istilah maya mempunyai sebuah makna filsafat yang penting. Kita bisa membaca dalam Svetasvatara Upanisad yang menyebutkan: "ketahuilah Prakriti, atau Alam Semesta, sebagai maya, dan Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai Penguasa Maya". Krishna bersabda dalam Bhagavadgita "sesunggunya, maya yang bersumber dari-ku, terdiri dari tiga Guna, sangatlah sulit untuk di atasi. Namun bagi seorang yang berserah diri hanya kepadaku, akan bisa menyeberangi lautan Maya ini". 

Sankara berbicara tentang maya sebagai kekuatan Tuhan, tidak berawal, dan disusun dari Tri Guna. Walaupun tidak berwujud (tidak dapat di pahami), namun maya dapat dideteksi dari akibat yang disebabkan olehnya. Sadananda berkata bahwa maya adalah "sesuatu yang Positif" walaupun tidak bisa di definisikan, tidak bisa di gambarkan sebagai ada (sat) ataupun non-ada(asat), yang berlawanan dengan pengetahuan".

Maya tidak bisa di gambarkan sebagai ada ataupun non-ada; untuk itulah dikatakan bahwa maya sebagai hal yang tidak bisa di jelaskan. Jika maya adalah ada, dalam arti sebenarnya, maka akibat yang ditimbulkan yaitu alam semesta yang bisa di sentuh, akan bisa disaksikan terus menerus, tanpa henti-hentinya. Karena ada tidak akan pernah berhenti ada; Yang nyata tidak akan pernah bisa menjadi tidak nyata.

Namun kita tidak bisa melihat alam semesta dalam Samedhi atau dalam persatuan dengan Brahman, tidak pula dalam tidur pulas tanpa mimpi. Pada sisi lain, jika maya adalah non-ada, non realitas yang tidak hadir maka alam semesta yang jumlahnya tidak terhitung ini tidak akan bisa di lihat. Kita tidak bisa menyaksikan begitu banyak nama dan rupa sebagaimana hal yang nyata.

Oleh karena itu, maya dikatakan sebagai "sesuatu yang positif". Kata sesuatu di sini menunjukkan pada sebuah arti bahwa maya bersifat bukan sebagai substansi, dan tidak bernilai apapun, karena maya terpisah dari Brahman, sehingga alam semesta sebagai akibat dari maya juga bersifat bukan substansi dan ilusif (tidak kekal dan tidak berarti).

Kata "positif" untuk menjelaskan kemampuan maya menghasilkan alam semesta yang terlihat. Pemahaman maya seperti ini juga berfungsi untuk menghilangkan pengertian yang salah bahwa maya atau ketidak-tahuan, adalah murni suatu negasi atau penyangkalan murni karena maya berarti tidak ada pengetahuan. Maya dikatakan berlawanan dengan pengetahuan karena baik maya ataupun akibat yang dihasilkan yaitu alam semesta yang tidak kekal ini keduanya menghilang (tidak tampak) ketika seseorang telah mencapai pengetahuan tentang Brahman.

Brahman dan maya tidak bisa ada bersama-sama, sama halnya antara Yang Mutlak dengan yang relatif, dan antara yang satu dengan yang banyak. Ketika salah satu dirasakan, maka yang lain menjadi tidak ada. Mereka tidak ada korelasinya. Itulah sebabnya pertanyaan yang sering dilontarkan tentang bagaimana bisa Yang Mutlak bertransformasi menjadi alam semesta yang relatif adalah tidak logis dan juga tidak berarti apa-apa.

Sepanjang kita melihat maya dan akibat yang ditimbulkannya, kita bisa menyatakan bahwa itu semua adalah milik Brahman, karena pada akhirnya tidak sesuatupun ada kecuali Brahman. Jadi maya telah di gambarkan oleh kaum Vedantis sebagai kekuatan yang tidak bisa dijelaskan dari tuhan yang maha tinggi, paramesasakti, melalui mana diproduksi ilusi dari penciptaan, pemelihara dan pelembur alam semesta.

Namun dari sudut pandang Brahman, yang sepenuhnya Cahaya dan pengetahuan, maka maya sesunggunya tidak ada. Seseorang yang telah di samakan dengan Brahman bahkan tidak melihat adanya jejak maya. Dari sudut pandang relatif, hakikat sejati dari Brahman tampaknya di tutupi oleh kekuatan gaib, yang tidak bisa di pahami, yang terdapat dalam Brahman sendiri, dan menghadirkan panorama dari alam semesta fenomena (yang tampak). Demikianlah di hasilkan suatu ilusi tentang ego dan non-ego serta hubungan satu sama lain. Brahman yang tak terbatas tampak sebagai jiva-jiva individu yang dilengkapi dengan ego, pikiran, perasaan, dan badan fisik.

Karena pikiran itu sendiri adalah produk dari maya, maka kita, tidak bisa melalui penalaran mengetahui penyebab dari maya. Adalah maya atau ketidak-tahuan, yang menciptakan "desa, kala dan nimitta - tempat, waktu dan sebab-akibat, yang menyembunyikan hakikat sejati dari kesadaran murni dan memproyeksikan alam semesta yang beragam.

Atau berdasarkan konsep Vedanta yang lebih tinggi, maya melalui nama dan bentuk (nama rupa), memunculkan obyek-obyek yang tidak terhitung dari alam semesta yang bersifat sementara. Brahman, ditempeli dengan banyak nama dan rupa (wujud) tampak menjadi opyek-opyek yang banyak.


0 Response to "Pengertian Maya Dalam Agama Hindu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel