Makna Pemujaan Pratima, Simbolis, Abstrak Dan Spiritual Dalam Hindu

ALUKTAOKY -- Mengapa seseorang menaruh keyakinan pada kepingan logam, kayu atau batu yang di cetak atau diukir atau di pahat sebagai deva? Semua itu tidak lebih dari sekedar benda-benda tek bernyawa.

Foto: Filsafat_Hindu

Sebenarnya ada logika mendalam di balik semua itu. Tuhan adalah kekuatan tertinggi yang ada dimana-mana di seluruh alam semesta ini. Walaupun tuhan adalah suatu kekuatan abstrak dan tidak bermanifestasi, namun ia hadir di dalam setiap benda, setiap mahluk, setiap tempat dan pada setiap kesempatan. Dengan alasan ini juga, sebuah pratima bukanlah tidak ber-tuhan. Beliau ada di sana sesuai dengan prinsip dasar kehadiran beliau di mana-mana.

Bagi masyarakat awam tidaklah mudah untuk mengarahkan pikiran dan rasa bhakti mereka pada sesuatu yang abstrak. Sebuah pratima sebagai representasi Tuhan menghadirkan sebuah poin dimana para bhakta dapat memusatkan bhakti mereka pada pikiran yang senantiasa mengalami gangguan. Pratima tersebut menjadi sebuah titik fokal spiritual melalui mana seorang bhakta dapat mengarahkan pikirannya kepada tuhan yang abstrak.

Orang dapat dengan mudah memusatkan bhakti menjadi dewata yang kasat mata yang pada kenyataannya halnyalah merupakan representasi Kekuatan Utama Tuhan yang abstrak. Lebih dari seperiode waktu, pikiran para bhakta menjadi sedikit lebih terdidik secara spiritual. Mereka dapat menggambarkan kehadiran dewata bahkan tanpa melihatnya. Bahkan ketika mereka tidak sedang duduk di hadapan pratima dewata mereka mendapatkan melalui mata pikiran mereka. 

Demikian pula pada saat pemula orang mengucapkan doa atau mantra-mantra dengan keras. Setelah beberapa lama, suaranya berkurang hingga menjadi seyup-seyup atau nyaris tak terdengar. Kemudian, bibir hanya bergerak tanpa bersuara. Sedikit kemajuan lagi membawa mereka kepada tahapan dimana mengulang mantra atau kidung hanya di dalam pikiran. Satu tahapan lagi akan sampai pada tingkat dimana kata-kata tidak dbutuhkan lagi. Pikiran sama sekali tertuju pada dewata, Kemudian mantra berfungsi sebagai pengangkat lebih lanjut menuju Tuhan dan cahaya pencerahan ternyalakan. Penyatuan akhir dengan Sang Pencipta menjadi hanya menunggu soal waktu.

Rasa bhakti umat, keyakinan, pemujaan dan penghormatan membuat pratima sebagai representasi dewata menjadi memiliki makna tuhan. Seorang manusia hanyalah sebuah percikan kehidupan kecil dengan segala keterbatasan kemampuan spiritual dan fisik yang dimiliki. Kekuatan utama adalah sebuah pikiran yang tak terbatas menakjubkan yang tidak akan pernah hadir dalam imajinasi manusia manapun juga. Tuhan dalam wujud dewata adalah sebuah percikan dimana seorang manusia dapat merasa puas berhubungan dan memberi manifestasi pada keyakinannya dalam cara manusiawi kecilnya.

Pratima dewata seharusnya diperlakukan, dihormati dan dipuja sebagaimana dianjurkan oleh Sastra guna menciptakan suatu tradisi religius bagi pelaksanaan ajaran yang sistematis. Sebuah sistem menjadi tradisi karena disucikan melalui proses waktu.

Referensi: 

Punia, I Wayan. 2007. Mengapa? Tradisi dan Upacara Hindu. Denpasar. PARAMITA Surabaya.


0 Response to "Makna Pemujaan Pratima, Simbolis, Abstrak Dan Spiritual Dalam Hindu "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel