Pengertian Jiwa Mukti Dalam Agama Hindu

ALLUKTAOKY -- Jiwa Mukti merupakan istilah dalam Hindu yang berasal dari akar kata jiva yang artinya makhluk hidup dan mukti yang artinya lepas. Jadi Jiwa Mukti adalah atman yang masih melekat dalam badan manusia namun tidak lagi terikat oleh hal yang bersifat duniawi (moksa di dunia).

Para Maharesi Vedanta mengatakan bahwa kita tidak dapat mencapai kebebasan dan pengetahuan sempurna dalam hidup  dengan mengalami nirvikalpaka samadhi sekali atau duakali. Hanya dengan latihan berulang kita dapat muncul sebagai Brahman dan membebaskan diri dari semua sisa-sisa maya. Benih ketidak-tahuan harus sepenuhnya di panggang dalam api Brahmajnana,, pengetahuan yang mutlak sehingga tidak mungkin berkecambang lagi. Hanya dengan demikian kita menjadi jivanmukta, di bebaskan dalam hidup ini meskipun masih tinggal dalam badan manusia. Manusia seperti itu menerobos belenggu keterikatan dan bergegas keluar dari rumah penjarah-dunia, seperti singa yang menerobos keluar dari  kandangnya. Kebebasan ini di capai ketika kita menyingkirkan ketidak-tahuan dan efeknya yang melumpuhkan.

Seorang Jivanmukta menunjukkan, dengan hidup dan tindakannya, realitas Brahman dan ilusi nama dan bentuk dari dunia relatif. Setelah dirinya menyeberangi lautan kelahiran dan kematian, ia membantu orang lain menuju pantai keabadian. Orang seperti itu menjaga agama tetap hidup, bukan oleh teologi yang sekedar berpendidikan tinggi. 

Seorang jivanmukta dibebaskan dari hasil tindakan. Memori yang tersimpan dari tindakan masa lalu, yang dalam kasus orang yang belum terceragkan, membawa akibat bagi masa depannya, badi seorang jivanmukta tidak akan menghasilkan buah apapun. Tindakan yang dilakukan setelah mengalami nirvikalpaka samadhi tidak melekat padanya, karena ia bebas dari keinginan dan ego. Apakah dia dalam samadhi atau sadar akan dunia luar, cahayanya mantap dan kebahagiaanya konstan. Meskipun ia kadang-kadang tampak oleh orang lain seperti orang yang belum tercerahkan seperti dalam hal lapar, haus, atau tidur, namun ia sendiri tidak pernah lupa mengenai hakikat dirinya yang adalah kesadaran Abadi.

Bebas dari keinginan, kekhawatiran, dan ketakutan, ia tidak mengidentifikasi diri dengan badan meskipun masih memiliki badan. Meskipun tampak aktif, ia bebas dari ide-ide "Aku" dan "Kepunyaanku". Dia tidak pernah lupah bahwa jiwa yang berada di dalam selalu damai, meskipun tri guna mungkin masih melibatkan badannya dalam berbagai pekerjaan.

Ia tidak berkutat pada kesenangan masa lalu, tidak terlalu berfikir tentang masa depan, dan biasa-biasa saja tentang masa kini. Benar-benar bebas dari gagasan ilusi individualisme fisik, ia menyadari identitasnya dengan semua mahluk. Dia sadar dia merasa dengan semua hati, berjalan dengan kaki, makan melalui semua mulut, dan berfikir dengan semua pikiran. Dia mengangap rasa sakit dan senang orang lain layaknya sakit dan senangnya sendiri. Kematian jasmani dan kelahiran tidak memiliki arti baginya, perubahan badan baginya seperti perubahan pakaian atau seperti pergi dari satu kamar ke kamar lain.

Tentang orang seperti itu dapat dikatakan bahwa ia benar-benar ada, karena ia telah menjadi satu dengan keberadaan; tahu, karena dia telah menjadi satu dengan pengetahuan; dan menikmati kebahagiaan, karena dia telah menjadi satu dengan kebahagiaan Mutlak. Dia tidak harus datang kembali ke dunia kegelapan, karena ia telah masuk dalam dunia cahaya. Jika kasih sayang kepada umat manusia menggerakkannya untuk mengambil badan fisik lagi, dia lahir sebagai jiwa yang bebas yang selalu sadar kodrat Dewa-tanya.

Meskipun seorang Jivanmukta hidup dalam dunia yang beranekaragam, namun ia tidak terganggu oleh pasangan-pasangan yang berlawanan (rwa bhineda). Dia mengangap segala sesuatunya dengan mata kesetaraan. Saat ia melihat ada perbedaan antarajiva dan Brahman,atau antara Brahman dan alam semesta, ia selalu menikmati kedamaian batin dan anugrah, apakah disiksa oleh orang jahat atau disembah oleh orang baik, ia tetap tidak terganggu Kasihnya bagi mahkuk hidup tanpa batas. Dunia luar tidak dapat mengubah Diri-nya, keberadaan sungai yang bermuara ke laut tidak dapat menggangu kedalaman airnya yang tak terukur dan tak berdasar.

Seorang Jivanmukta melampau kitab-kitab suci dan konvensi sosial. Dia berada di luar keharusan etika. Namun ia tidak bisa berbuat yang tidak baik dan tidak kondusif untuk kesejateraan orang lain. Jauh sebelum pencapaian Brahman, ketika ia adalah seorang calon untuk pengetahuan Mutlak, ia menghapus semua kecenderungan jahat dan keinginan egoisnya. Setelah realisasi Brahman ia menjadi bebas tapi tidak bertingkah, spontan tapi tidak semau-maunya. Dia benar-benar tak terhalang dalam tindakan dan pikiran, namun ia tidak pernah membuat langkah yang salah atau memberi contoh buruk kepada orang lain. Beberapa etika keutamaan yang besar, seperti kerendahan hati, kebaikan dan rasa persaudaraan, yang sebelum mencapai pengetahuan , dengan tekun di praktikkannya untuk pemurnian pikiran, sekarang semua menghiasinya seperti banyak permata. Dia tidak mencari mereka, mereka melekat kepadanya.

Hanya seorang jivanmukta saja yang tahu arti sebenarnya dari kebebasan dan menikmatinya. Dia bebas dari semua ikatan yang diwajibkan dunia pada manusia. Dia bebas dari ketidak-tahuan, ego, keinginan, dan keterikatan. Dia mungkin mendapatkan makanan dengan mengemis, tanpa kecemasan atau penghinaan, dan minumannya dari air sungai. Dia bergerak dengan bebas dan dapat tidur tanpa takut di hutan atau di dalam kuburan yang sepi. Dia mungkin pergi telanjang atau membungkus dirinya dan langit adalah atap rumahnya. Dia menjelajah di jalan Vedanta, dan selalu berada dalam Brahman. Dia mungkin tidak memakai tanda-tanda bahwa dia orang suci, ia menikmati tanpa keterikatan, seperti anak kecil, obyek materi yang ditawarkan oleh orang lain. Bebas dari keinginan, ia menikmati obyek materi tetapi tidak pernah lupa kemahakuasaan dirinya yang suci.

Kadang-kadang seorang bodoh, kadang-kadang seorang Maharesi, Kadang-kadang memiliki keindahan agung, kadang-kadang berkeliaran, kadang-kadang berperilaku seperti ular piton yang tak bergerak, yang menunggu makanan untuk datang kepadanya, kadang-kadang memakai ekspresi jinak, kadang di hormati, kadang dihina, kadang tidak ketahuan, demikianlah realisasi hidup manusia yang telah merealisasikan Brahman, selamanya bahagia dalam pengetahuan Brahman.

Meskipun tanpa kekayaan, namun senantiasa berkecukupan, meskipun tak berdaya, namun dikaruniai dengan kekuatan berlebihan, meskipun terlepas dari perasaan terhadap obyek, namun selamanya puas, meskipun bekerja, namun tidak aktif, meskipun menikmati hasil dari tindakan, namun tak tersentuh oleh mereka, meskipun memiliki badan, namun tak di identifikasikan dengannya, meskipun tampak sebagai jiwa yang terbatas, namun ia ada dimana-mana dan tak terbatas.

Bagaikan sepotong kayu yang terbawah oleh arus ke daratan tinggi atau rendah, begitu juga badannya di bawah oleh momentum dari tindakan masa lalu dengan beragam buah-buah pengalaman saat mereka menampilkan diri pada waktunya. Dia tidak mengarahkan inderanya ke obyek atau melepaskannya dari obyek, tapi tampak sebagai seorang penonton tidak peduli dan dia tidak memiliki keinginan sedikitpun untuk hasi dari tindakan, pikirannya menjadi benar-benar mabuk dengan meminum ramuan majurab murni dari kebahagiaan Atman.

Seorang jivanmukta tidak lagi perduli tentang keterikatan atau pembebasan, karena ini sebenarnya buka Atman, dia sebenarnya bebas. Ketertarikan dan kebebasan merupakan karakteristik dari pikiran, dan pikiran palsu membungkus jiwa. Dalam keterikatan yang dikenakan atas dirinya sendiri, orang bodoh terjerat dan kemudian berusaha untuk pembebasan. Tapi kita diberitahu, dari kata-kata inspiratif dari Upanisad: "Disana tidak ada kematian ataupun kelahiran, bukan jiwa yang berjuang atau terikat, bukanlah pencari pembebasan atau yang terbebaskan - ini, sesungguhnya, adalah kebenaran hatiki. Demikianlah arti Jiwa Mukti atau kehidupan yang penuh dengan kebebasan dan tidak terikat oleh sifat-sifat duniawi (moksa).

0 Response to "Pengertian Jiwa Mukti Dalam Agama Hindu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel