Makna 108 Manik-Manik dalam Sebuah Japamala atau Genitri

ALUKTAOKY -- Sebagai umat Hindu melanturkan sebuah mantra atau kata-kata suci pada saat melakukan persembhayangan adalah sesuatu yang sudah menjadi sebuah tradisi. Dalam suatu suasana meditasi seluruh perhatian di pusatkan pada tindakan menyanyikan mantra tersebut. Untuk mengingat jumlah berapa kali sudah di lakukan merupakan sebuah masalah tersendiri. Lalu, bagaimana caranya agar dapat dengan mudah menghitungnya?.

Apalagi dalam keadaan bersembahyang atau meditasi kebanyakan orang lebih suka melanturkan mantra dengan mata dalam keadaan tertutup untuk menghindari ganguan penglihatan sehingga dapat memusatkan pikiran dengan lebih baik.

Solusi yang termudah adalah dengan menggunakan japamala atau genitri, dengan jumlah manik-manik tertentu untuk mendapatkan versi alat hitung sederhana yang berguna yang tidak melibatkan aplikasi pikiran atau perhatian penglihatan. Untuk ujung genitri di gunakan ukuran manik-manik yang terbesar, yang menyatakan bahwa hitungan sudah selesai.

Konsep rangkaian manik-manik biasanya dibakukan dengan menentukan suatu jumlah tertentu untuk membuat perhitungan religius.

Tapi mengapa jumlahnya 108 manik-manik?

Barangkali, jumlahnya di tentukan sekitar angka perhitungan yang paling lumrah yaitu 100. Apakah tambahan angka 8  mewakili suatu cakupan bagi penghilangan atau perintah seperti halnya imbuhan tukang roti (dimana setiap lusinya ditambahkan satu kepala pengecer sebagai keuntungan) tak seorang pun bisa memberikan jawaban yang pasti.

Para cendekiawan menjelaskan dengan menghubungkannya dengan beberapa permutasi serta kombinasi spiritual dan religius.

  • Teori 1 mengatakan bahwa angka satu melambangkan satu tuhan. Nol melambangkan tuhan yang tidak tampak oleh mata biasa, sementara 8 mewakili seluruh ciptaan melalui delapan sifat yaitu Bumi, Air, Panas, Angkasa, Udara, Pikiran, Kebijaksanaan dan Ego. Dengan cara ini 108 menjadi satu kesadaran akan dunia ini, Tuhan yang dipuja dan kekuatan utama yang tidak nyata.
  • Teori 2 mengatakan bahwa seseorang bernafas sebanyak 21.600 kali dalam satu hari (1x24 jam). Dari 24 jam tersebut 12 jam di antaranya dihabiskan dalam pekerjaan sehari-hari. Sisanya 12 jam lagi diabdikan untuk memikirkan tuhan sebagaimana dianjurkan dalam Sastra. Dengan demikian, hanya 10.800 nafas yang dihabiskan dalam latihan spiritual yang sesunggunya.Tetapi kehidupan manusia terlalu sibuk. Orang tidak dapat meluangkan sedikit waktu pun untuk meditasi seperti diperlihatkan oleh fakta kehidupan sehari-hari. Jadi para rsi menghapus dua angka nol paling belakang dari angka 10.800 sehingga hanya tinggal 108 untuk latihan spiritual.
  • Teori 3 mengatakan bahwa pikiran seseorang percaya bahwa matahari melewati 216.000 Kala (semacam fase) hanya setengah darinya yaitu 108.000 merupakan fase positif. Dengan menghilangkan tiga digit terakhir kita mendapatkan angka 108. Menurut pemikiran ini 108 manik-manik dari sebuah Japamala melambangka satu fase dari matahari.
  • Teori 4 Mengatakan bahwa para ahli astrologi menghubungkan angka 108 dengan konsep mereka sendiri. Ada 12 tanda kelahiran atau zodiak dan 9 planet matahari (seperti di sebutkan dalam Sastra). Dengan demikian 108 merupakan hasil perkalian kedua bilangan tersebut di atas. Mereka berfikir bahwa inilah jumlah keseluruhan dari nasib dunia.
  • Teori 5 mengatakan bahwa Para Rsi ahli astronomi memiliki keyakinan yang berbeda. Para Rsi India memetakan 27 konstelasi. Masing-masing mengalami 4 fase dalam setahun. Di sini, angka 108 merupakan hasil perkalian 27x4 yang mereka anggap sebagai sebuah angka angkasawi.

Dengan demikian, selama kurun waktu yang lama keyakinan ini menjadi lengenda spiritual dan angka 108 menjadi sebuah angka suci dan orang-orang suci mulai menilis 108 di depan nama mereka sebagai simbol kesucian.

Referensi: 

Punia, I Wayan. 2007. Mengapa? Tradisi dan Upacara Hindu. Denpasar. PARAMITA Surabaya

0 Response to "Makna 108 Manik-Manik dalam Sebuah Japamala atau Genitri"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel