Sumber Sejarah Pembagian Kerajaan Mataram Oleh Raja Airlangga | Kerajaan Pangjalu Dan Janggala

photo by:Adi Saputra

Alukta Oky
-- Di dalam sejarah di kenal adanya pembagian kerajaan di wilaya pulau Jawa, oleh raja Airlangga. Penyebab Airlangga terpaksa membagi kerajaan menjadi dua, karena disebabkan oleh adanya masalah-masalah dalam pergatian kekuasaan, seperti yang tertera di berbagai sumber. Sumber pertama yang menyebut pembagian kerajaan itu ialah prasasti pada alas Arca Buddha Aksobhya yang terkenal dengan nama arca Joko Dolog, atau prasasti Wurara, tahun 1211 saka (21 November 1289 M.). kemudian dari kitab Negarakertagama yang menyebut pembagian kerajaan itu dan kitab Calon Arang. (Poesponegoro dan Notosusanto , 1993: 257).

Prasasti Wurara

Prasasti Wurara memperingati pentahbisan arca Mahaksobhya di pekuburan Wurara, melambangkan raja Kertanegara yang telah mencapai Jina, pada tanggal 21 November 1289 M. pada bagian permulaan prasasti ini di sebutkan pendeta utama bernama Aryya Brahad. Ia telah membagi tanah Jawa menjadi dua dengan air sakti dari kendi, yang mempunyai kemampuan untuk membelah tanah karena ada dua orang raja yang saling berhadapan siap utuk berperang. Maka terjadilah kerajaan Janggala dan pangjalu. (Poesponegoro dan Notosusanto , 1993: 257).

Kitab Negarakertagama

Kitab Negarakertagama memberi keterangan bahwa raja Airlangga telah memerintahkan pembagian tanah Jawa karena cinta kasinya kepada dua  orang anaknya yang sama-sama menjadi raja Pagjalu yang bertahta di Daha, dan . . . . . . . ., pembagian itu di lakukan Pu Bharada, penganut agama Buddha Mahayana dari aliran Tantra, yang bertempat tinggal di Lemah Citra. Ia telah perna pergi ke bali dengan berjalan di atas air tampa mengalami kecelakaan. Dengan segala senang hati ia pembagian itu dengan air kendi yang di tuangkannya dari udara. Batas itu di tari dari barat ke timur sampai ke laut, tiada jauh, tetapi bagaikan pembatas samudera pada waktu Tanah Jawa mempunyai dua orang raja. Tetapi ia tidak dapat melaksanakan pembagian itu dengan sempurna karena di desa Palungan jubahnya tersangkut pohon asam, sehinggap ia terpaksa turun dari udara dan berhenti di tempat itu. Pohon asam itu lalu di kutuknya hinggap tetap menjadi pohon kerdil.( Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 258).

kitab Calon Arang

Di dalam kitab Calon Arang diceritakan bahwa raja Airlangga merasa sangat kebingungan karena harus memberi kerajaan kepada dua orang anaknya laki-laki. Maka ia mengutus Pu Bharada pergi ke Bali untuk minta kerajaan di bali bagi anaknya yang kedua. Pergilah Pu Bharada ke Bali, menyeberangi Selat Bali di atas daun kekatang (keluih). Di bali ada juga pendeta sakti penasehat raja, yaitu Pu Kuturan. Ia tidak dapat menyetujui permintaan raja Airlangga , karena ia telah memperuntukkan kerajaan di Bali bagi keturunannya sendiri. Kini tidak ada lagi jalan lain bagi Airlangga kecuali membagi tanah jawa mejadi dua. Juga di kitab ini, yang membagi tanah jawa adalah Pu Bharada , maka terjadilah kerajaan Pangjalu di sebelah timur, dan kerajaan janggala di sebelah barat. (Poesponegoro dan Notosusanto , 1993: 258).

Selain dari ke tiga sumber  di atas, di temukan juga prasasti-prasasti yang membahas tentang kerajaan Pangjalu Dan Janggala, yaitu:

1. Prasasti Turun Hyang B

Di dalam prasasti tertera kegiatan memperingati pemberian tambahan anugerah dari Raja Airlangga, karena jasa-jasanya membantu Raja Mapanji Garasakan di dalam peperangan pada waktu raja memisahkan diri” dari Haji Pangjalu/ raja kerajaan Pangjalu. Tapi saying sekali angka tahun dari prasasti ini tidak terbaca, kecuali angka satuannya. (Poesponegoro, dan Notosusanto, 1993: 259).

2. Prasasti Malenga

Di dalam Prasasti Malenga itu memperingati pemberian anugrah raja Haji Garasakan kepada penduduk desa malengan, karena jasa-jasanya telah membantu raja dalam peperangan melawan Haji Linggajaya, sehinggap musuh itu terusir dari istananya di tanjung. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 260).

3. Prasasti Sumengka

Di dalam Prasasti Sumengka tahun 981 saka (31 maret 1059 M). Yang menarik dari prasasti ini ialah bahwa di sini cap garudamukha itu di tambahkan keterangan jangga[la]lanchana, yang berarti tanda dari kerajaan jaggala. Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 260).

4. Prasasti Banjaran

Di dalam prasasti Banjaran tahun 974 Saka (31 agustus 1052 M.). prasasti ini merupakan turunan yang dibuat pada jaman majapahit, jika ditilik dari segi palaeografi. Isinya ialah pemberian anugera raja Alanjung Ashyes kepada samya haji di Banjaran (raja bawahan) karena telah berjasa membantu raja dalam usahanya untuk merebut kerajaan Janggala. Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 260).

Menurut Boechari prasasti Turun Hyang B itu merupakan bukti bahwa pembagian kerajaan oleh Airlangga itu memang benar perna terjadi. Seperti telah di kemukakan di atas, kedudukan Airlangga di atas tahta kerajaan Mataram bukannya tidak dapat di ganggu gugat, karena mungkin sekali permaisurinya ikut terbunuh dalam serangan Haji Wurawati. Tetapi mungkin karena tidak ada pewaris yang sah yang dapat dinobatkan sebagai raja  _ mungkin kalaupun ada anak laki-laki Dharmmawangsa Teguh yang masih hidup ia masih terlalu kecil – maka Airlangga-lah yang di jadikan raja, dan di beri gelar halu. Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 261).

Mungkin cukup sekian artikel mengenai sumber sejarah pembagian kerajaan oleh raja Airlangga, semoga bermamfaat!!!



Referensi:

Poesponegoro, Marwati Djoened dan Notosusanto, Nugroho. 1993. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka

0 Response to "Sumber Sejarah Pembagian Kerajaan Mataram Oleh Raja Airlangga | Kerajaan Pangjalu Dan Janggala"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel