Sumber Sejarah Dan Penyebab Runtuhnya Kerajaan Pangjalu/kandiri, Di Pulau Jawa
![]() |
sumber sejarah tentang penyebab runtuhnya kerajaan Pangjalu (sumber photo: sejarah nusantara) |
Alukta Oky -- Kerajaan Pangjalu merupakan kerajaan Hindu dan Buddha yang ada di pulau jawa, kerajaan ini mulai runtuh sekitar tahun 1144 saka atau 1222 masehi. Ada dua sumber yang menceritakan tentang penyebab runtuhnya kerajaan ini, yaitu kitab Nagarakertagama dan Kitab Pararaton. Menurut kitab Nagarakeragama Sri Ranggah Rajasa yang bertahta di Kutaraja, ibukota kerajaan Tumapel di sebelah timur gunung Kawi. Pada tahun 1144 saka (1222 masehi) menyerang Kadiri, raja Sri Krtajaya. Krtajaya kalah, dan terpaksa melarikan diri ke tempat para ajar di lereng(gunung) yang sunyi. Semua pengikutnya, terutama para prajurit yang tinggal di kerajaan, dapat dihancurkan. Sedangkan di dalam kitab Pararaton memberi versi yang lebih terperici mengenai penyebab runtuhnya kerajaan Pangjalu. Menurut pararato raja Kandiri bernama Dandang Gendis, pada suatu ketika raja minta kepada para bhujangga penganut agama Siwa dan Buddha supaya menyembah kepadanya. Para bhujangga pun menolaknya, karena sepanjang sejarah tidak ada phujangga yang menyembah raja. Raja lalu memperlihatkan kesaktian yang ia miliki dengan memancangkan tombak di tanah dengan ujungnya di atas, dan ia lalu duduk di atas ujung tombak dalam bentuk Bhatara Guru, berlegan empat dan bermata tiga. Para bhujangga tetap menolak menyembah raja, lalu melarikan diri ke Tumapel, dan berlindung kepada Ken Angrok. Sejak saat itulah Tumapel tidak mengakui kekuasaan kerajaan Pangjalu. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993:278).
Tidak lama kemudia para phujangga penganut agama Siwa dan Buddha merestui Ken Angrok sebagai raja di Tumapel, negaranya bernama Singhasari, dengan gelar penobatannya Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Armuwabhumi, Lalu ia menyerang Daha. Tentara dipimpin adik raja Dandang Gendis, Mahisa Bungalan. Pertempuran terjadi di sebelah utara Ganter; tentara Daha terdesak dan Mahisa Bungalan gugur dalam pertempuran, bersama dengan mentrinya yang bernama Gubar Baleman. Raja Dandang Gendis mengundurkan diri dari pertempuran, lalu kembali kea lam dewa-dewa bersama dengan segenap pengikutnya. Demikian pula halnya dengan adik-adik raja, tiga orang yang semuanya ikut kembali kea lam dewa-dewa dan lenyap bersama istananya. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993:279).
Demikianlah kitab Nagarakartagama memberikan keterangan kepada kita bahwa Raja Kandari/Daha runtuh pada tahun 1222 M. Maka berakhirlah masa kekuasaan wangsa Isana setelah memerintah selama tiga Abad, seperti halnya wangsa sailendra. Dalam kitab Nagarakertagama disebutkan pula bahwa dengan di taklukkannya Kandiri /Daha oleh Ken Angrok/Rajasa dari Tumapel, maka bersatulah Kerajaan Janggala dan Kandiri atau Pangjalu, sama-sama beraja ke Tumapel. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993:279).
Di sini kita mempunyai fakta sejarah di mana seorang yang semula berkedudukan sebagai samya haji merebut kekuasaan dari maharaja. Maka kita dapat melihat bagaimana pengarang Kitab Nagarakertagama maupun Pararaton mencoba menutupi fakta bahwa raja Krtajaya dari Kandiri/Daha mati terbunuh di dalam pertempuran. Kitab Nagarakertagama melukiskan bahwa Raja Krtajaya melarikan diri dan bersembunyi di lereng Gunung yang sunyi bersama para pertapa, sedangkan Kitab Pararaton mengatakan bahwa raja Dandang Gendis bersama para pengikutnya,saudara-saudaranya dan bahkan istananya lenyap kembali kea lam kedewaan tiada bekasnya. Inilah yang menurut B. Schrieke di namakan usaha mempertahankan kontinuitas sejarh. Kitab Pararaton memberikan satu aspek lagi dari ciri penulisan sejarah Jawa, yaitu landasan konsep Kaliyuga. Seperti yang telah digambarkan di atas sebelum kematiannya raja Dandang Gendis di gambarkan sebagai seorang raja yang mabuk kekuasaan dengan menyuruh para bhujangga menyembah kepadanya. Ia menunjukkan bahwa ia telah kerasukkan Dewi Kali; dengan perkataan lain dunia telah sampai kepada Jaman Kaliyuga, yang pasti akan segera di susul kehancuran (prayana) dengan penggambaran demikian itu sang pujangga ingi mengatakan bahwa Fakta sejarah semestinya tidak boleh terjadi, yaitu pemberontakan seorang raja bawahan yang mengakibatkan kehancuran kerajaa pusat. Memang sesuatu yang tidak terelakkan, karena memang suda tidak saatnya terjadi pralaya. Peristiwa itu akan disusul dengan timbulnya kerajaan baru dengan rajakula baru pula, dalam hal ini kerajaan Singhasari/Majapahit dengan penguasa raja-raja dari wangsa Rajasa(Rajasawangsa). (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993:279-280).
Mungkin ini saja sejarah tetang Runtuhnya Kerajaan Pangjalu/Kandiri, semoga artikel ini bermamfaat!!!
Referensi:
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Notosusanto, Nugroho. 1993. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.
0 Response to "Sumber Sejarah Dan Penyebab Runtuhnya Kerajaan Pangjalu/kandiri, Di Pulau Jawa"
Post a Comment