Sejarah Kerajaan Melayu Menurut Kitab Pararaton, Dan Kitab Nagarakratagama, Pupuh XLI

photo by: Aji Nugroho

Alukta Oky -- Setelah penaklutan Melayu oleh Sriwijaya sekitar tahun 685, untuk jangka waktu yang lama kita tidak menjumpai nama Melayu di sebut-sebut dalam sumber-sumber sejarah. Baru pada pertengahan terakhir abad XIII kita jumpai lagi nama Melayu di dalam Kitab Pararaton dan Kitab Nagarakrtagama, pupuh XLI. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993: 83).

Di dalam kedua sumber itu disebutkan bahwa pada tahun 1275 raja Krtanagara mengirim tentara ke Melayu. Pengiriman paasukan ini dikenal dengan nama Pamalaya. Letak melayu yang sangat strategis di pantai timur Sumatra dekat selat Malaka, memang peranan pentig dalam dunia pelayaran dan perdagangan melalui selat malaka, yaitu antara india dan Cina dengan daerah-daerah di Indonesia bagian timur. Sementara itu pengaruh kerajaan Mongol sudah tidak terbendung lagi. Tahun 1281 tentara mongol sudah mulai menyerbu Campa. Tahun 1287 Pagan jatuh ke tangan tentara Mongol. Kemudian tahun 1280,1281,1286 dan yang terakhir terakhir tahun 1289 Kubhilai Khan mengirim utusan ke Singahasari agar raja krtanagara mau mengakui kekuasaannya. Tetapi semua perutusan tadi di usir kembali ke mukanya di rusak. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993: 83).

Melihat kenyataan ini, rupa-rupanya ekspedisi Pamalayu mempunyai hubungan erat dengan ekspansi kerajaan Mongol yang sedang giat di lancarkan oleh Kubhilai Khan untuk menguasai daerah Asia Tenggara dan juga dalam rangka politik perluasan kekuasaan kerajaan Singhasari. Ekspedisi ini berhasil menjalin hubungan persahabatan antara Singhasari dan Melayu. Untuk mempererat persahabatan ini , pada tahun 1208 S atau 1286 Masehi raja Sri krtanagara Wikramadharmottunggadewa, mengirimkan sebuah arca Buddha Amoghapasalokeswara beserta 14 pengiringnya ke Melayu (suvarnabhumi) sebagai hadiah. Penempatan arca ini di Dharmasraya dipimpin oleh 4 orang pejabat tinggi dari Jawa. Pemberian hadia ini membuat para rakyat Melayu sangat bergirang hati terutama rajanya yang bernama Srimat Tribhuwanaraja Mualiwarmadewa. Keterangan mengenai hadiah dari raja Krtanagara ini tertulis pada bagian lapik (alas) arca Amoghpasa itu sendiri. Arca ini di temukan kembali di daerah Sungai Langsat dekat Sijunjung di daerah hulu sungai Batanghari. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993: 84).

Setelah peristiwa ini, kita tidak memperoleh keterangan lainnya mengenai keadaan di Sumatera, baru kemudian pada masa pemerintahan Tribhuwanottunggadewi jayawisnuwardhana (1328-1350) kita memperoleh sedikit keterangan tentang daerah melayu. Rupa-rupanya kerajaan melayu muncul kembali sebagai pusat kekuasaan di Sumatera, sedangkan Sriwijaya setelah adanya ekspedisi Pamalayu dari raja Krtanagara, tidak terdengar lagi beritanya. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993: 84).

Dari prasasti-prasasti yang banyak di kemukakan di daerah Minangkabau, kita dapat mengetahui bahwa pada pertengahan Abad XIV ada seorang raja yang memerintah Kanakamedinindra ( rara pulo emas), yang bernama Adityawarman, anak dari Adwayawarman. Nama ini di kenal juga dalam prasasti yang di pahat pada arca Manjursi di candi Jago dan berangka tahun 1341. Di dalam prasasti tersebut ia bersama-sama dengan Gaja Mada telah meaklukkan pulau bali. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993: 84).

Sebenarnya Adityawarman adalah Putra Majapahit keturunan Melayu, dan sebelum menjadi raja di Melayu, ia perna menjabat kedudukan wrddha-mantra di Majapahit dengan gelarnya Aryadewaraja pu Aditya. Segerah setelah ia berkuasa di Sumatra, ia menyusun kembali kerajaan yag di wariskan oleh Wauliwarmadewa, yang kita kenal memerintah sekitar tahun 1286. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993: 84).

Pada tahun 1347, setelah Adityawarman meluaskan daerah kekuasaanya sampai ke daerah Pagarruyung (Minangkabau), ia mengangkat dirinya menjadi seorang maharajadhiraja dengan gelarnya Udayadityawarman atau Adityawarmodaya pratapaparakramarajendra Maulimaliwarmadewa. Tetapi meski pun demikian Adityawarman masi tetap menganggap dirinya sebagai sang Mantri terkemuka dari Rajapathi di Majapahit dan mengaku masih sedarah dengan putri itu. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993: 85).

Dari prasasti-prasasti kita dapat mengetahui bahwa Adityawarman adalah penganut agama Buddha dan menganggap dirinya sebagai penjelma lokeswara. Anggapan ini sesuai dengan system kalacakra seperti halnya Raja-raja Majapahit. Adityawarma memerintah hinggap sekitar tahun 1375, yaitu tahun terakhir dari prasastinya yang sampai pada kita. Pengganntinya ialah anaknya yang bernama Anangwarman, hanya kita tidak mengetahui kapan ia mengganti kedudukan ayahnya. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993:85).

Mungkin ini saja artikel tentakng perkembangan selanjutnya kerajaan melayu, semoga bermamfaat!!!




Referensi:

Poesponegoro, Marwati Djoened dan Notosusanto, Nugroho. 1993. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka

0 Response to "Sejarah Kerajaan Melayu Menurut Kitab Pararaton, Dan Kitab Nagarakratagama, Pupuh XLI"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel