Sejarah Kerajaan Sriwijaya | Penaklukkan Pulau Bangka Dan Letak Kerajaan Sriwijaya

sumber: buku sejarah nasional

Alukta Oky -- Hallo teman-teman kembali lagi bersama alukta oky, di pembahasan kali ini saya akan membahas tentang penaklukkan pulau bangkang dan Letak kerajaan sriwijaya

Penaklukkan Pulau Bangkang

Penaklukkan Pulau Bangkang di duga erat hubugnanya dengan penguasaanperdagangan dan pelayaran internasional di selat Malaka. Selain letaknya yang starategis, pulau bangkang pada masa sriwijaya menurut Obdeyn, masih bersambung menjadi satu dengan semenanjung tanah melayu termasuk di dalamnya kepulauan Riau dan Lingga. Selat Sunda juga belum ada saat itu. Jika benar demikian adanya berarti pelayaran internasional India-Indonesia-Cina harus melalui selat Bangka sehinggap pantai timur Sumatra dan pantai utara Jawa menjadi sangat penting. Namun pendapat Obdeyn ini di banta dengan tengas oleh Verstappen. Menurut sarjana ini kepulauan Riau dan Lingga pada masa Sriwijaya memeang merupakan tanah lanjutan dari Semenanjung Tanah Melayu, hanya mungkki laut inimasih berupa selat sempit dan dangkal sehingga belum dapat di pakai untuk pelayaran dan lalu lintas pelayaran tetap melalui selat Bangkang. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

Dengan dikuasainya Negara-negara di sekitarnya dan pulau Bangka, Sriwijaya sepenuhnya dapat menguasai lalulintas perdagangan dan pelayaran dari Negara-negara barat ke Cina dan sebaliknya, karena perahu-perahu asing semuanya terpaksa harus berlayar melalui Selat Malaka dan Selat Bangkang yang dikuasai oleh Sriwijaya. Keuntungan yang diperoleh Sriwijayadari perahu-perahu asing berlimpah-limpah. Kecuali, keuntungan dari penarikan bea-cukai, Sriwijaya masih memperoleh keuntungan lain dari perdagangan. Dari pernyataan  I-tsing kita ketahui bahwa kapal-kapal asing itu datang di Kedah dan Melayu pada waktu-waktu tertentu. Mereka tinggal di kedua tempat itu selama beberapa lama sambil menuggu datangnya angina baik, baru lanjutkan perjalanannya ke tempat tujuan masing-masing. Selama tinggal di pelabuhan, kapal-kapal dagang itu berkesempatan membongkar dan memuat barang-barang dagangan. Sementara itu, dari daerah Sriwijaya sendiri di hasilkan penyu, gading, emas, perak, kemenyan, kapur baru, damar, lada dan lain-lainnya. Barang dagangan tadi di beli oleh pedagang asing atau ditukar dengan porselen, kain katun, dan kain sutera. Menurut I-tsing perahu-perahu asingdatang di Kedah dan Melayu pada musim-musim tertentu. Selain itu kapal-kapal Sriwijaya juga melakukan perlayaran ke Cina. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

Letak Kerajaan Sriwijaya                                                     

Satu hal yang hinggap kini dipersoalkan oleh parah ahli yaitu mengenai letak Kerajaan Sriwijaya. Pendapat yang banyak di ikuti dan sudah diaggap sebagai suatu faktaSejarah ialah pendapat yang dikemukakan oleh G. Coedes pada tahun 1918, bahwa Sriwijaya itu pusatnnya ada di Palembang. Sebenarnya lokasi Sriwijaya di Palembang itu masih meghadapi kemungkinan lain. Keberata utama tentang Palembang sebagagi pusat dari Sriwijaya  ialah kenyataan bahwa di daerah Palembang hanya ditemukan sedikit peninggalan-peniggalan arkeologi. Keberatan ini pertama kali dikemukakan oleh F.D.K. Bosch pada tahun 1930 , lalu R.C.Majumdar. Sarjana ini berpedapat bahwa Sriwijaya harus di cari di pulau jawa dan selanjutnya di daerah linggor. Sememntara itu H.G.Quaritch Wales menempatkan sriwijaya Chaiya. Pendapatnya ini didasarkan atas penelitian di daerah Chaiya. Namun dalam telaanya yang lain ia menempatkan Sriwijaya di daera perak. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).
.
Selanjutnya Soekmono mealui penelitian Geomorfologi dan meneliti peranan kota jambi sekarang dalam sejarah Sriwijaya, berkesimpulan bahwa  Jambi lebih tepat sebaggai lokasi sriwijaya daripada Palembang, karena letaknya di teluk yang dalam dan terlindung, tetapi langsung menghadap kelautan bebas tempat persimpangan jalan pelayaran antara laut cina selatan di Timur, Laut Jawa di Tenggara dan Selat Malaka di Barat-laut. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

Pendapat terbaru mengenai persoalan ini dikemukakan oleh Boechari. Menurut pendapatnya sebelum tahun 682 M. ibukota Sriwijaya ada di daerah Batang Kuantan, setelah tahun 682 M. ibukota berpindah ke Mukha Upang di daerah Palembang. Akhirnya Chan Chirayu Rajani didalam beberapa artikelnya sekuat tenaga mendesak agar Chaiya diterima sebagai ibukota Sriwijaya. Pendapat ini di dasarkan sumber sejarah yang tertulis dalam bahasa Thai. Dengan demikian hinggap saat ini ada lima buah lokasi yang diusulkan untuk menggantikan kedudukan Palembang sebagai ibukota Sriwijaya. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

Mungkin ini saja yang dapat saya simpulkan tentang penaklukkan pulau Bangka dan letak kerajaan Sriwijaya. Semoga artikel ini dapat bermamfaat!!!



Referensi:

Poesponegoro, Marwati Djoened dan Notosusanto, Nugroho. 1993. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.


0 Response to "Sejarah Kerajaan Sriwijaya | Penaklukkan Pulau Bangka Dan Letak Kerajaan Sriwijaya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel