Landasan Yuridis, Landasan Empiris Dan Landasan Teologis

ALUKTAOKY.BLOGSPOT.COM -- Landasan Yuridis, Landasan Empiris Dan Landasan Teologis

A. Landasan Yuridis

Landasan berlakunya kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai berikut. 

  1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SNP). 
  2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 
  3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. 
  4. Peraturan Mendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. 
  5. Peraturan Mendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. 
  6. Peraturan Mendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006. 
  7. Peraturan Mendiknas Nomor 6 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006. 
  8. Peraturan Menag Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama

B. Landasan Empiris

Panduan guru Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti berlandaskan pada landasan empiris. Hal ini berdasarkan pada pengalaman peserta didik dan permasalahan konkret-aktual yang tengah berkembang, baik yang dialami individu anak didik maupun yang tengah terjadi dalam masyarakat. Tujuan Pendidikan Agama Buddha adalah bersifat empiris, dalam arti sungguh-sungguh membawa peserta didik dapat mengalami pengalaman spiritual, seperti memahami realitas sebagaimana adanya dan bukan sekedar pengetahuan ajaran Buddha secara tekstual atau dogmatik. 

Landasan empiris yang sangat relevan dengan Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti ini telah diletakkan oleh Buddha sendiri. Beliau menekankan bagaimana seharusnya menyikapi ajarannya, yakni datang dan buktikanlah sendiri (ehipassiko), serta ketika dalam menyampaikan ajarannya seturut dengan kondisi pendengarnya. Untuk itulah, kurikulum Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti sebagaimana ajaran Buddha itu sendiri yang harus dialami secara empiris. 

C. Landasan Teologis

Agama Buddha dibabarkan oleh Buddha demi kebahagiaan manusia dan seluruh makhluk. Kedatangan Buddha dan ajarannya adalah untuk kebahagiaan semua makhluk (Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta). Kebahagiaan semua makhluk yang telah terbebas dari penderitaan dan lingkaran kelahiran kembali (samsara), dan akhirnya mencapai cita-cita mencapai pantai seberang, yaitu menjadi makhluk yang sempurna kesadarannya, tercerahkan dan bebas dari kelahiran kembali, seperti yang dinyatakan oleh Buddha sebagai berikut.

"Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu." 

Ungkapan di atas adalah pernyataan Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana VIII:3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang Maha Esa dalam bahasa Pali adalah "Atthi Ajatam, Abhutam, Akatam, Asankhatam" yang artinya "Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan, dan Yang Mutlak".

Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata), manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi

Keyakinan terhadap adanya tujuan hidup akhir yang membahagiakan ini menjadi landasan teologis ajaran Buddha yang menjadi keyakinannya (saddha) melalui Tri Ratna (Buddha, Dharma, dan Sangha) dan dinyatakan dalam parittaTri Sarana (tiga perlindungan terhadap Buddha, Dharma, dan Sangha). Namun Sraddha umat Buddha bukanlah suatu bentuk keyakinan yang tertutup atau dogmatic, melainkan terbuka dalam arti keyakinan yang harus terus ditumbuhkan itu hanya dapat terjadi melalui pengalaman pengalaman (empiris) nyata sebagai pengalaman religius atau pengalaman rohani-spiritual. Untuk itu kurikulum pendidikan agama Buddha harus memiliki landasan Teologis yang mencerminkan kedudukan manusia di dunia samsara yang relatif ini dalam upaya mencapai citacita akhirnya atau cita-cita mutlaknya.  

0 Response to "Landasan Yuridis, Landasan Empiris Dan Landasan Teologis"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel