Kerajaan Kutai | Kehidupan Masyarakat, Agama Dan Sumber Sejarah Kerajaann Kutai


Salah satu bukti peninggalan kerajaan Kutai berupa prasasti yupa. (Photo by: Irfantius)

Alukta Oky -- kita ketahui bahwa kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua dan kerajaan pertama yang ada di Nusantara. Letak kerajaan Kutai yaitu berada di Kalimantan.

Sumber-Sumber Sejarah Kerajaan Kutai

Walaupun bukti bukti yang menunjukkan, bahwa kerajaan -kerajaan tertua di indonesia terletak di kalimantan, tapi sedemikian jauh pula tersebut sedikit sekali di perhatikan oleh para penulis tommbo di daratan Cina. Hal ini cukup menarik, karena biasanya para penulis tommbo Cina rajin sekali menulis hal-hal aneh yang mereka ketahui dari suatu daerah asing. Berita tertua Cina yang bertalian dengan salah satu daerah di kaimantan, berasal dari China. dinasti T'ang (618-906) pada hal berita-berita Cina yang berhubungaan dengan Jawa sudah ada sejak  abad ke V M, dan sumatra  pada awal  abad VI M, pada pemerintahan dinasti Liang (502-506). Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

Tidak adanya perhatian dari pihak cina itu, kemunngknann  sekali ddi sebabkan, karena kalimantan tidak terletak  pada jalan  niaga cina utama,  walaupun di daerah serawak misalnya, di temukan beberapa buah benda yag berasal dari dinasti Han yang mulai berkuasa  pada taahun 220 sebelum masehi.ternyata,kurangnya perhatian terhadap sejarahdaerah kalimantan itu, terus melanjut di masa-masa sesudahnya, sehinggap di dalam keseluruhan sejarah kebudayaan asing tenggarah misalnya,  daerah ini masih tetap merupakan suatu daerah yang terlupakan. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

Di daerah yang berada di luar jangkauan perhatian  cina itulah, untuk pertama kaalinya kita menemukan bukti-bukti tertuah akan adanya suatu  kehidupan masyarakat yang bersorak keindaan, yaitu di sulaawesi selatan dan di kalimantan timur. Dengan ditemukannya arca Budha yag trbuat dari perunggu di sempanga, seulawesi selatan,  maka untuk pertama kalinnya kita mendapatkan bukti tentang adanya hubungan sertah pengaruh tertua budaya India di Nusantara. Pennemuan arca ini sangat penting, karena dapat memberi petunjuk  bangaimana tara hidup dan budaya bangsa indonesia pada waktu terrsebut. Berdasarkan ciri-ciri inografinya dapatdi tetukan bahwa arca sempanga berasal dari mazhab senii amaravati dan rupanya dibuat di sana, kemudia di bawa ke indonesia, mungkin sebagai barang dagangan, tetapi munkin pula sebagai sebagai barang persembahan untuk sesuatu vihara atau banguan suci agama buddha. selain disempanga, arca-arca langgam amaravati ini inijuga di temukan antara lain di jember dan bukit seguntang, sedangkan di kota bangun (kutai),  ditemukan sejumlah arca Buddha yang memperlihatkan langgam seni arca Gandara. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

Di samping arca-arca buddha, juga di temukan arca-arca yang memperlihatkan sifat-sifat kehidupan, di antaranya, mukhalinga yangdi temukan di sepauk , dan arca ganesayang di temukan di sarawak. Walaupun daerah kalimantan dan sulawesi berada di luar perhatian cina, tetapi tidak berarti bahwa kedua daerah tersebut tertutup sama sekali dari kemungkinan mengadakan hubungan dengan daerah lain. Temuan-temuan yang di sebutkan di atas, merupakan salah satuh buktinya. hubunga tersebut tentulah pada   mulanya melalui hubungan niaga, yang kemudian berkembang menjadi hubunga agama dan budaya. melalui hubungan niaga itu, turun pulah parah pendeta yang bermaksud menyebarkan agama, yang kemudian di susul dengan perginya orang indonesiake daera asal parah guru agama atau pendeta itu. Hubungan seperti itu, sudah berlangsung cukup lama. di dama proses terjadinya hubungan timbbal-balik seperti itu, makaa masyarakat-masyarakat setempat yang sudah menetap di beberapa daerah tertentu, menerimah budaya dan peradaban baru itu. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

Disamping benda-benda berupa arca yang di sebutkan di atas, dari daerah kalimantann di temukan pula beberapa buah prasasti yag di pahat pada tianng batu. Tiang batu itu di sebut "yupa" , yaitu nama yangdisebutkan pada prasasti-prasastinya sendiri. sampai saat ini  telah di temukan tuju buah yupa dan masih ada kemungkinana beberapa buah yupa yang lain elum di temukan sampai saat ini. Huruf yang di pahat pada yupa ituberasal  dari awal abat ke V M., yang menggunakan bahasa sansekerta. yang di tulis di atas yupa tersebut yaitu tentang Mulawarman, yang dapat di pastikan bahwa ia adalah seorang indonesia asli, karena kakenya masih mempergunakan nama indonesia asli, Kunduga. Yang lebih menariknya lagi, di dalam berita ini bahwa pendiri keluarga kerajaan ialah Aswawarman, dan bukan kundunga yang di anggap sebagai raja pertama. Apakah pengertian wangsakarna dalamprasasti ini, di tunjukan pada pengeertian keluarga yang sudah berbudaya india, yag antara lain di tandai dengan pemakaian nama yangberbau india? karena kunduga sendiri jelas bukan ama yang berbauh india, maka walaupun  ia di sebut ayah aswawarman dan perna menjadi raja, tetapi tidak di anggap sebagai pendiri keluarga raja. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

Raja-Raja Yang Berkuasa Di Kerajaan Kuta:
  • Maharaja Kudungga
  • Maharaja Asmawarman
  • Maharaja Mulawarman
  • Maharaja Marawijaya Warman
  • Maharaja Gajayana Warman
  • Maharaja Tungga Warman
  • Maharaja Jayanaga Warman
  • Maharaja Nalasinga Warman
  • Maharaja Nala Parana Tungga Warman
  • Maharaja Gadingga Warman Dewa
  • Maharaja Indra Warman Dewa
  • Maharaja Sangga Warman Dewa
  • Maharaja Candrawarman
  • Maharaja Sri Langka Dewa Warman
  • Maharaja Guna Parana Dewa Warman
  • Maharaja Wijaya Warman
  • Maharaja Sri Aji Dewa Warman
  • Maharaja Mulia Putera Warman
  • Maharaja Nala Pandita Warman
  • Maharaja Indra Paruta Dewa Warman
  • Maharaja Dharma Setia Warman
Kehidupan Masyarakat Dan Agama

1. kehidupan masyarakat 


Berdasarkan silsilahnya dapat di pastikan, bahwa kudungga adalah seorang indonesia asli, yang  barangkali untuk pertama kalinya tersentuh oleh pengaruh india. Tetapi sedemikian jauh, kundunga sendiri masih tetap mempertahankan ciri-ciri ke indonesiaan, dan itu pulah rupanya yang menyebabkan ia tidak di anggap sebagai pendiri keluarga raja. dari data yag sedikit itu dapat di simpulkan, bahwa rupanya pengertian keluarga raja pada saat itu, terbatas pada keluarga kerajaan yang telah menyerap budaya india di dalam kehidupan sehari harinya. Menurut prasasti yang ada, penyerapan itu muai terlihat pada waktu Aswawarman, anak Kundunga, menjadi raja, yaitu di pergunakannya nama yang berbau india sebagai nama pengenalan. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

Dari semua prasasti yang ada, hampir tidak ada kemungkinanan untuk mengungkapkan bagaimana kira-kira kehidupan masyarakat pada jaman kerajaan Kutai purba ini. Hal ini di sebabkan karena prasasti-prasasti itu boleh di katakan tidak sedikit pun berbicara tentang kemasyarakatan.Di tulisnya prasasti-prasasti mulawarman dengan menggunakan bahasa sangsekerta dan huruf pallawa, merupakan petunjuk bagi kita untuk menduga bagaimana keadaan masyarakat pada saat itu. Walaupun tidak jelas, tapi dapat di pastikan bahwa ketika itu sudah ada sebagian penduduk kutai yang hidup dalam suasana peradaban india. mengingat bahasa sangsekerta pada dasarnya bukanlah bahasa rakyat india sehari-hari, tetapi lebih merupakan bahasa resmi untuk masalah-masalah keagamaan. Jadi dapat di simpulkan bahwa ketika itu di kutai sudah ada gollongan masyarakat yang menguasai bahasa sangsekerta. Ini berarti, bahwa kaum brahmana pada masa itu suda merupakan suatu golongan tersendiri di dalam masyarakat kutai. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

2. agama yang di anut

kehidupan keagamaan pada Jaman Mulawarman dapat di lihat di dalam prasasti yang di temukan pada saat ini. semua prasasti  membicarakan upacara selamatan di dalam memperingati salah satu kebaikan dan pekerjaan yang di lakukan oleh Mulawarman. Disebutkan nama Ansuman, yaitu dewa matahari di dalam agama hindu, memberikan kepastian kepada kita bahwa setidak-tidaknya mulawarman adalah pengaut agama Hindu. Petunjuk ke arah ini lebih jelas lagi, karena di dalam prasasti yang lain di sebutkan upacara sedekah yang di lakukan Mulawarman bertempat di sebidang tanah yang di anggap suci. di dalam upacara itu, telah di hadiakan sebanyak 20.000 ekor sapi untuk para brahmana, sehinggap untuk memperingati kejadian tersebut para brahmana itu merasa sudah pada tempatnya jika mereka dirikan sebuah yupa. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

Bidang tanah suci yang di sebut pada prasasti itu bernama waprakeswara, yang kemudian di kenal di pulau jawa sebagai Baprakeswara. Di jawa yang di namakann baprakeswara itu ialah suatu tempat yang suci, yang di sebut selalu berhubungan dengan tiga dewa besar, yaitu Brahma, Wisnu dan Siwa.  dengan keterangan pendek di atas dapat di simpulkan bawa agama yang dipeluk oleh raja Mulawarman ialah agama siwa, yang kemudian sangat umum di tanah jawa; dan para brahmana yang di sebut dalam batu tulis sang Mulawarman adalah seorang raja yang sangat baikhubungannya dengan kaum brahmana. Ini di buktikan dengan kenyataan, bahwa pada setiap prasastinya selalu di katakan, bahwa yupa-yupa yang mengagumkan nama itu, semua di dirikan oleh kaum brahamana sebagai semacam pernyataan terimakasih atau penghormatan kepada sang raja, atas kebaikaan-kebaikannya terhadap mereka.Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (jakarta, 1993).

Berhubungan sampai sekarang belum di temukan bukti baru yang ada hubungannya dengan daerah kalimantan timur sekitar abad ke IV dan V M., maka tentu saja kita juga tidak dapat membicarakan daerah ini lebih banyak lagi. Semoga artikel ini dapat bermamfaat!!!



Referensi:

Poesponegoro, Marwati Djoened dan Notosusanto, Nugroho. 1993. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka

0 Response to "Kerajaan Kutai | Kehidupan Masyarakat, Agama Dan Sumber Sejarah Kerajaann Kutai"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel